A. Tujuan
1. Mampu membangun jaringan dengan mengkombinasikan DHCP, DNS, dan wireless
2. Mampu memahami konsep DHCP, DNS dan wireless
3. Mampu membuat simulasi sistem kerja DHCP, DNS dan wireless pada packet tracert
B. Dasar Teori
1. DNS
Untuk dapat saling berkomunikasi, setiap komputer yang terhubung ke internet atau jaringan menggunakan sebuah alamat unik yang disebut dengan IP Address. Dalam perkembangan selanjutnya untuk memudahkan penamaan dikembangkan sistem penerjemah alamat IP ke nama host atau sebaliknya.
Awalnya, sistem penamaan alamat IP menggunakan sistem host table. Di dalam sistem ini, setiap komputer memiliki file host.txt yang berisi daftar daftar alamat IP dan nama host yang terhubung ke internet. Karena internet semakin berkembang, sistem host table tidak efektif mengatasi permasalahan tersebut .
Akhirnya pada tahun 1984 Paul Mockapetris mengusulkan sistem database terdistribusi dengan nama Domain Name System (DNS) yang dideskripsikan dalam RFC 882 dan 883. Sistem ini digunakan sampai sekarang pada jaringan khususnya Internet.
a) Pengertian DNS
Domain Name System (DNS) merupakan sistem berbentuk database terdistribusi yang akan memetakan/mengkonversikan nama host/mesin/domain ke alamat IP (Internet Protocol) dan sebaliknya.
Struktur database DNS berbentuk hierarki atau pohon yang memiliki beberapa cabang. Cabang-cabang ini mewakili domain, dan dapat berupa host, subdomain, ataupun top level domain.
Domain teratas adalah root. Domain ini diwakili oleh titik. Selanjutnya, domain yang terletak tepat di bawah root disebut top level domain. Beberapa contoh top level domain ini antara lain com, edu, gov, dan lain-lain. Turunan dari top level domain disebut subdomain. Domain yang terletak setelah top level domain adalah second level domain, dan domain yang berada di bawah second level domain disebut third level domain, begitu seterusnya.
Mesin DNS bisa menggunakan Server OS Windows server yang dijadikan mesin DNS atau sebuah Server dengan OS Linux dengan menjalankan daemon seperti BIND (Berkeley Internet Name Domain) / DJBDNS yang sering digunakan, hampir 75 % implemetasi DNS menggunakan BIND.
Ada tiga belas (13) root server utama yang disebar ke seluruh dunia dan dibagi-bagi untuk melayani area negara tertentu, generic Top Level Domain (gTLD) tertentu atau blok IP Address tertentu. Antara satu root server ini dengan yang lain saling terhubung dan saling memperbaharui datanya masing-masing www.rootservers.org.
b) Cara Kerja DNS (Domain Name System)
Secara sederhana cara kerja DNS bisa dilihat pada gambar berikut ini:
DNS menggunakan relasi client – server untuk resolusi nama. Pada saat client mencari satu host, maka ia akan mengirimkan query ke server DNS. Query adalah satu permintaan untuk resolusi nama yang dikirimkan ke server DNS.
1) Pada komputer Client, sebuah program aplikasi misalnya http, meminta pemetaan IP Address (forward lookup query). Sebuah program aplikasi pada host yang mengakses domain system disebut sebagai resolver, resolver menghubungi DNS server, yang biasa disebut name server.
2) Name server meng-cek ke local database, jika ditemukan, name server mengembalikan IP Address ke resolver jika tidak ditemukan akan meneruskan query tersebut ke name server root server.
3) Terakhir barulah si client bisa secara langsung menghubungi sebuah website / server yang diminta dengan menggunakan IP Address yang diberikan oleh DNS server.
Secara sederhana cara kerja DNS bisa dilihat pada gambar berikut ini:
Jika permintaan tidak ada pada database, name server akan menghubungi server root dan server lainnya dengan cara sebagai berikut :
1) Saat kita mengetikkan sebuah nama domain misalnya http://www. neon.cs.virginia.edu pada web browser, maka aplikasi http (resolver) akan mengirimkan query ke Name Server DNS Server local atau DNS Server Internet Service Provider.
2) Awalnya name server akan menghubungi server root. Server root tidak mengetahui IP Address domain tersebut, ia hanya akan memberikan IP Address server edu.
3) Selanjutnya name server akan bertanya lagi pada server edu berpa IP Address domain neon.cs.virginia.edu. Server edu tidak mengetahui IP Address domain tersebut, ia hanya akan memberikan IP Address server virginia.edu.
4) Selanjutnya name server akan bertanya ke server virginia.edu tentang IP Address neon.cs.virginia.edu. Dan server virginia.edu hanya mengetahui dan memberikan jawaban berupa IP Address server cs.virginia.edu
5) Selanjutnya name server akan bertanya ke server cs.virginia.edu tentang IP Address neon.cs.virginia.edu. Dan barulah cs.virginia.edu mengetahui dan menjawab berapa IP Address domain neon.cs.virginia.edu.
6) Terakhir barulah computer client bisa secara langsung menghubungi domain neon.cs.virginia.edu dengan menggunakan IP Address yang diberikan oleh server cs.virginia.edu.
7) IP Address milik neon.cs.virginia.edu kemudian akan disimpan sementara oleh DNS server Anda untuk keperluan nanti. Proses ini disebut caching, yang berguna untuk mempercepat pencarian nama domain yang telah dikenalnya.
2. DHCP
a) Pengertian DHCP
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.
b) Cara Kerja DHCP
DHCP didefinisikan dalam RFC 2131 dan RFC 2132 yang dipublikasikan oleh Internet Engineering Task Force. DHCP merupakan ekstensi dari protokol Bootstrap Protocol (BOOTP). Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.
- DHCP server merupakan sebuah mesin yang menjalankan layanan yang dapat "menyewakan" alamat IP dan informasi TCP/IP lainnya kepada semua klien yang memintanya. Beberapa sistem operasi jaringan seperti Windows NT Server, Windows 2000 Server, Windows Server 2003, atau GNU/Linux memiliki layanan seperti ini.
- DHCP client merupakan mesin klien yang menjalankan perangkat lunak klien DHCP yang memungkinkan mereka untuk dapat berkomunikasi dengan DHCP Server. Sebagian besar sistem operasi klien jaringan (Windows NT Workstation, Windows 2000 Professional, Windows XP, Windows Vista, atau GNU/Linux) memiliki perangkat lunak seperti ini.
DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien kemudian akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan meminta kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.
DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan "penyewaan" alamat IP dari sebuah DHCP server dalam proses empat langkah berikut:
- DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk mencari DHCP Server yang aktif.
- DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
- DHCPREQUEST: Client meminta DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
- DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai proses binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan.
Empat tahap di atas hanya berlaku bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah meminta alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat prosesnya.
Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat menjadi masalah jika konfigurasi antara dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama.
Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.
Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.
3. Wireless, SSID dan Channel
C. Skenario Praktik
Dalam sebuah perusahaan terdapat sebuah server yang memberikan layanan DHCP dan DNS server yang disimulasikan seperti pada gambar diatas. Terdapat 1 buah server yang berfungsi untuk DHCP dan DNS Server, 2 buah PC Client yang mensimulasikan sebagai jaringan LAN, 2 buah Access Point mensimulasikan 2 buah perangkat wireless, 2 buah laptop mensimulasikan pengguna dari jaringan wireless yang dibangun.
Perintah Ping :
Perintah Tracert :
D. Alat dan Bahan
1. Software Paket Tracert 5.3
2. PC/Laptop
E. Langkah Kerja
1. Pengaturan atau setting IP Address pada Server
a) Double click komputer server
b) Pilih config > FastEthernet > kemudian isikan IP Address dan Subnet Mask-nya
c) Selesai dan server tersebut telah di-setting ip address 192.168.10.254 dengan netmask 255.255.255.0
2. Membuat DNS Server
a) Double click komputer server
b) Kemudian pilih config > DNS > isikan nama domain yang diinginkan pada kolom Name > kemudian isikan IP Address server tersebut dalam kolom Address seperti terlihat pada gambar dibawah ini > kemudian klik tombol Add untuk menambahkan konfigurasi DNS-nya. Jika sudah tersimpan akan muncul pada kolom dibawahnya.
c) Selesai dan server tersebut telah memiliki domain name uny.ac.id dan www.uny.ac.id
3. Membuat DHCP Server
a) Double click komputer server
b) Kemudian pilih config > DHCP > Default Gateway diisikan IP Address dari server tersebut > DNS Server diisikan IP Address dari server tersebut > kemudian klik tombol Add
c) Selesai dan server tersebut telah dikonfigurasi sebagai DHCP Server.
4. Pengaturan Access Point
Jika dalam satu jaringan terdapat 2 buah Access Point atau lebih maka harus dibedakan channel yang digunakannya agar tidak terjadi interferensi gelombang yang dipancarkan. Jika terjadi interferensi gelombang maka kekuatan sinyal yang sampai ke client juga tidak akan sempurna 100%. Untuk menguji coba teori tersebut lakukan langkah berikut ini,
a) Double click Access Point0 > pilih Config > pilih Port 1
b) Double click Access Point1 > pilih Config > pilih Port 1
Ubah nama SSID (Service Set Identifier) kedua Access Point tersebut agar mudah untuk dibedakan dalam jaringan. Tidak diperbolehkan dalam 1 area 2 atau lebih perangkat wireless menggunakan SSID yang sama. Pemilihan Channel yang digunakan juga harus dipertimbangkan jaraknya. Semakin dekat jarak Channel yang digunakan maka akan semakin besar kemungkinannya untuk terjadi interferensi pada sinyal yang dipancarkan.
c) Selesai dan access point sudah bisa digunakan
5. Pengaturan pada Laptop Client
a) Double click laptop0, perhatikan kotak warna merah, laptop tersebut masih menggunakan perangkat NIC untuk jaringan kabel, belum menggunakan Wireless. Matikan terlebih dahulu laptop tersebut dengan mengklik tombol power, kemudian lepaskan NIC yang ada pada laptop tersebut dan gantikan dengan module wireless yang ada dibagian bawah
b) Pemasangan wireless telah selesai, langkah berikutnya adalah mengkoneksikan atau menyambungkan laptop tersebut ke Access Point yang kita inginkan
c) Double click laptop kemudian masuk ke Desktop
d) Pilih PC Wireless > Connect, jika masih belum muncul SSID dari AP yang kita buat tadi, disarankan untuk menekan tombol Rfress untuk men-scan ulang keberadaan AP disekitar laptop tersebut. Jika sudah selesai maka akan muncul seperti tampilan dibawah ini,
e) Pilih salah satu AP kemudian klik tombol Connect untuk menyambungkan laptop ke AP. Kemudian cek hasilnya, apakah laptop tersebut sudah tersambung ke AP yang kita pilih.
6. Pengaturan pada PC Client
a) Konfigurasi IP Address pada PC Client. Klik PC > Desktop > IP Configuration > DHCP.
F. Diskusi
Buatlah gambar desain seperti pada gambar dibawah ini
Buatlah agar laptop dan PC yang ada di network 192.168.11.0/24 bisa berkomunikasi dengan server yang ada di network 192.168.9.0/24. Dengan syarat kekuatan signal seperti pada gambar dibawah ini untuk masing-masing Access Point. Semua client yang ada di network 192.168.11.0/24 mendapatkan IP DHCP dari Server DHCP yang ada di network tersebut.
Sedangkan server yang berada di ujung berfungsi sebagai server DNS untuk domain uny.ac.id sehingga nantinya semua client yang ada di network 192.168.11.0 bisa mengakses situs uny.ac.id dari web browsernya
Jawab :
0 komentar:
Posting Komentar